Dari Abdullah bin Mas'ud -radhiyallahu 'anhu- dari Nabi -shallallahu 'alaihi wasallam- bahwasanya beliau biasa membaca :
اللَّهُمَّ إنِّي أسْألُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَى
"Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu petunjuk, ketakwaan, sifat 'Iffah dan kekayaan (hati)". (HR. Muslim No. 2721).
POIN-POIN FAEDAH :
1. Nabi -shallallahu 'alaihi wasallam- senantiasa memohon kepada Allah empat perkara : Petunjuk, Ketakwaan, Sifat 'Iffah dan Kekayaan.
2. Doa ini menunjukkan akan keutamaan empat perkara tersebut.
3. Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa'di -rahimahullah- berkata : "Doa ini termasuk doa yang (sifatnya) menyeluruh dan merupakan doa yang sangat bermanfaat. Doa ini mencakup permohonan akan kebaikan agama dan kebaikan dunia. Maka (dalam hal ini) sesungguhnya Hidayah adalah ilmu yang bermanfaat, Takwa adalah amal shalih dan meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya sehingga dengannya agama bisa menjadi baik. Olehnya itu, karena agama merupakan ilmu yang bermanfaat dan pengetahuan yang benar maka disebutlah ia sebagai hidayah, sedangkan melaksanakan keta'atan kepada Allah dan Rasul-Nya disebut sebagai ketakwaan.
(Adapun) 'Iffah dan Ghina, maka mencakup penjagaan diri dari (berharap) kepada makhluk, tidak menggantungkan hati kepada mereka, merasa kaya bersama Allah dan karena rizki dari Allah, merasa cukup dengan rizki tersebut dan terwujudanya rasa cukup yang dengannya hati merasa tentram. Dengan hal-hal inilah, kebahagiaan kehidupan dunia dan ketenangan jiwa akan menjadi sempurna. Inilah kehidupan yang baik.
Barang siapa yang diberi rizki berupa hidayah, ketakwaan, sifat 'iffah dan kekayaan hati berarti ia telah memperoleh dua kebahagiaan (kebahagiaan lahir dan batin) serta tercapai segala harapan dan selamat dari segala ketakutan". (Kitab Bahjatu Qulubil Abrar, Hal. 205)
4. Imam An-Nawawi -rahimahullah- berkata : "Adapun 'Afaf dan 'Iffah bermakna menjauh dan menahan diri dari hal-hal yang tidak boleh. Sedangkan Al-Ghina dalam hadits ini bermakna hati yang selalu merasa cukup dan tidak berharap kepada apa yang ada di tangan-tangan manusia". (Kitab Syarh Shahih Muslim : 41/17)
(Muhammad Basit)
0 Komentar